Sabtu, 09 Agustus 2008

Happy Wedding

selaMat Menempuh hidup Baru buat Annyak dengan Ummy...

Rabu, 16 Januari 2008

Petta

Tabe' Kara...eng

pemangku adat

tapi mereka bukan keturunan bangsawan atau Raja, beliau cuma belajar menjadi orang besar. Atau bahkan cuma memperkenalkan sebagian pakian adat atw pakaian kebesaran orang-orang Sulawesiselatan. Karena biasanya yang memakai pakaian ini hanyalah orang-orang bangsawan..."""

Rabu, 17 Oktober 2007

lagi pentas


pelepasanx karbit

di auditorium Al-Amien Kampus Unismuh Makassar.

Selasa, 16 Oktober 2007

Pa'De


personil Karbit {Annyak, Nojx, Jaya} bersama dengan Bapak DR. A. Sukri Syamsuri, M.Hum. Beliau sekaligus sebagai Dekan FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Universitas Muhammadiyah Makassar, sesi foto sebelum berangkat ke Jakarta untuk ikut audisi.

Senin, 15 Oktober 2007

sumber berita Harian Fajar

Karbit Siap Tebar Virus Dakwah di API 3(14 Jul 2006, 93 x , Komentar)
* Besok Terbang ke Jakarta MAKASSAR -- Karbit, satu-satunya duta Makassar di ajang API 3 TPI, besok, Sabtu 15 Juli pukul 9.00 Wita akan bertolak ke Jakarta dengan menggunakan pesawat Adam Air. Selama di Jakarta nantinya, Jaya, Asis Nojeng dan Anya yang tergabung dalam Karbit akan ditemani managernya, A Baetal Mukaddas, M.Sn."Kita berangkat ke Jakarta tanggal 15 Juli, meskipun sebenarnya dari pihak TPI mengharuskan peserta datang nanti pada 17 Juli. Alasannya kita mau beradaptasi. Kita juga pergi dengan diampingi manager, sebab terus terang kita takut pergi bertiga. Sama-sama dari kampung, takutka hilang, ditelan gedung-gedung besar," kata Jaya dengan gaya leluconnya saat ditemui Fajar di pagelaran Malam Ramah Tamah dan Pelepasan Karbit di Auditorium Al Amien, Unismuh, Rabu, 12 Juli 2006.Detik-detik akhir memasuki karantina dan kompetisi API 3 TPI, baik Nojeng, Jaya maupun Anya mengaku tidak merasakan adanya beban sama sekali. "Kalau perasaan beban kami tidak menganggap itu sebagai beban, namun itu adalah tanggung jawab, karena kami mengemban misi bagaimana mengkampanyekan budaya Sulsel di Jakarta nanti," papar Nojeng sedikit lebih serius. Kalau pun ada yang menganjal, menurut Jaya hanyalah persoalan bagaimana menghadirkan lawakan yang berisi dakwah. "Kita berkomitmen lawakan yang kita mainkan nanti memuat pesan-pesan dari budaya yang pernah hilang, ada unsur religiusnya dan juga ilmiah, yang coba kami munculkan kembali," katanya.Karena itu, detik-detik akhir keberangkatan ke Jakarta, Nojeng mengaku ia dan rekannya sibuk mencari literatur dan referensi mengenai budaya yang pernah hilang tersebut. "Kita jadinya banyak baca, cari buku dan lebih banyak bertanya pada yang lebih tahu. Karena dua hal yang mesti kita pegang dari karbit, konsistensi dan makna filosofisnya," tutur Nojeng yang diamini Anya.Untungnya kata Jaya, apa yang diusahakannya tidak begitu menyulitkan. "Alhamdulillah untuk referensi itu sendiri kita banyak dibantu oleh teman dari berbagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Seni, baik di UNM maupun di Unismuh dan juga rekan mahasiswa lainnya," lugas Jaya dengan muka lugunya yang lucu."Intinya kita berusaha dan pasrah pada kehendak Allah SWT, dan juga kita berharap dukungan dari segenap masayarakat Sulsel dan khususnya Makassar untuk membantu kami dalam polling sms nanti. Sebab bagaimana pun hasil akhirnya ada pada mereka," kata Anya bijak. (rhd)* Bingung Naik PesawatSatu kendala yang sangat berarti pada keberangkatan nanti, kata Jaya adalah bagaimana caranya naik pesawat. "Kita nantinya perginya dengan pesawat, kita ini bingung, bagaimana caranya, bisaji ka orang pake sendal jepit atau bagaimana," katanya.Nojeng juga mengaku sama. "Itu kendala utamanya, keduanya, kita juga masih bingung bagaimana tata cara naik pesawatnya, apakah sama dengan budaya di Bugis-Makassar, kalau naik tangga pasti buka sandal atau alas kaki, itumi yang kasi bingung ka," ujarnya yang kontan membuat para pewarta yang sedang mewawancarainya tersenyum geli."Bukan hanya itu, ini pengalaman pertama kami ke Jakarta, sama sekali tidak ada di tau di sana. Terus terang takutki hilang, tidak tahu jalan karena banyak sekali pasti gedung bertingkat. Itumi kenapa tidak mauki pergi bertiga saja, sama-samaji kampungngannya," tutur Anya disertai senyum geli rekan-rekannya yang lain.Mengenai persaingan, ketiga personel Karbit berusaha menjawab serius, meskipun pada akhirnya tetap mengundang tawa."Pesaing berat adalah Jakarta, yang kami khawatirkan adalah sentralisasi, ini adalah pembunuhan karakter sebenarnya, kenapa Makassar hanya satu wakilnya, kenapa semarang ada empat, Bandung ada lima, Medan juga dan sebagainya, itu yang kami khawatirkan, jangan sampai di sana nanti, bibit-bibit orang Makassar nanti akan dijegal," papar Nojeng.Selain faktor itu, kata Jaya melanjutkan perkataan Nojeng, kendala utama ada pada postur tubuh. "Pastimi nantinya tidak berimbang, sebab kita datang tidak dengan tiga orang sebagaimana yang disyaratkan TPI. Tapi dua setengahki, Nojeng kan tidak cukup satu," tuturnya sambil melirik Nojeng yang tubuhnya kecil, dan berusaha menjinjitkan kakinya supaya terlihat sama rata dengan rekannya yang lain.
Sumber : (rhd)